Ucap pada Tingkah

terkadang ucap tak berarti apapun, setidaknya untukku

ucap tak lebih berharga dari ekspresi wajah

dimana kerutan dapat lebih berkomunikasi

dan tindakan adalah komunikasi paling baik

kita mengetahui perasaan seseorang hanya dari apa yang dia lakukan

mengatakan bahwa makanan yang kita masak sangat nikmat

hingga kita tersadar bahwa itu hanya sebuah basa basi

makananmu, akan tetap diatas meja tak tersentuh

mengatakan tidak mengapa pada suatu kesalahan

hingga kita tersadar banyak lengkungan kebencian pada wajah

kesalahanmu, sangat tidak ditolerir olehnya

ah, aku benci dengan kepalsuan

Bagaimana seharusnya?

dunia seakan menekanku terlalu keras.

tadinya aku menganggap menjadi diri sendiri adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang manusia berperasaan. bahagia, bersyukur, duka, dan amarah.

tapi,

semakin aku meluapkan segalanya pada siapapun.

seolah tak ada yang bisa menerima semua dalam diriku.

semua kekurangan yang kubawa sedari kecil.

tak akan ada yang bisa memahami.

bahwa aku.

menjadi aku adalah juga hal yang membebani selama aku hidup.

tak bisa bersosialisasi karena amarah yang sering meluap.

menahannya hanya akan membuatku semakin tertekan.

tak ada seorang pun juga.

yang mengulurkan tangannya untuk menolong.

semua hanya percaya pada satu hal.

bahwa seorang aku.

bisa mengatasi semua ini sendirian.

berapa lama lagi aku harus melewatinya?

berapa air mata yang harus kutahan?

ada nama Tuhan dalam doaku.

untuk selalu menggenggam tanganku ketika suka juga duka.

tapi, Ia berbeda dengan semua manusia yang ada dalam hidupku.

tak ada yang menggenggam dan menarikku keluar.

apakah aku harus mengakhiri hidupku?

tersesat.

tak tau arah.

aku hanya ingin menangis kencang.

meski tak ada yang peduli.

aku ingin semua berakhir.

berakhir.