Sindir

mengungkap perasaan tersembunyi dibalik gelap

terdengar samar dari kejauhan

tak jelas ditujukan pada siapa

hanya saja, rasaku tersentak

mendengar setiap ucap terlontar

membaca setiap bait tertulis

bagai tertusuk jarum jahit

mungil namun tetap terasa sakit

hentikan semua itu, aku mohon

Ingin

mengapa frekuensi kita sering berselisih paham?

entah egoku ataupun kamu yang terlalu cepat mengambil kesimpulan.

pekan lalu kita bertengkar hebat, entah karena apa, saat ini aku lupa alasan kita bertengkap. sungguh aku mengatakannya.

mungkin aku memiliki perasaan atau otak yang mudah melupakan amarah.. atau memang aku ingin melupakannya jika itu permasalahanmu dan aku.

beberapa hari setelah kita bertengkar, aku merasakan perasaan seperti sedia kala.

aku ingin memelukmu,

aku ingin bersamamu,

tapi rasanya waktu kita selalu salah. atau tepatnya adalah waktuku.

ketika keadaan mulai membaik dan aku ingin berada didekatmu, kamu menceritakan mengenai panggilan interview itu.

mungkin aku mengira masih tersisa waktu untuk lebih lama bersamamu di akhir pekan.

tapi nyatanya, memang waktuku yang tidak tepat.

rasanya aku ingin setidaknya satu hari dalam minggu ini kita menghabiskan waktu bersama selama mungkin. karena aku tau, hari dimana aku akan berpindah ke Surabaya akan menyulitkan kita untuk sekedar bertatap muka.

ah sial. aku jengkel dengan semua keinginan yang tak pernah bisa kuungkap.

bukan aku tak ingin, tapi rasanya sungguh egois untuk menginginkan kita bertemu disaat kamu sedang sibuk.

jarak. tenaga. aku memikirkan itu untukmu.

tapi kamu, rasanya terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa aku terlalu egois untuk tidak memperbolehkanmu mendatangiku.

senang ya, dapat mengungkapkan semuanya disini. dimana mungkin yang akan melihat hanyalah kamu.

jujur aku selalu menyayangkan ketika kamu mengumbar perasaanmu terhadapku didepan semuanya. menulis dan menyebarkan lewat story.

yang aku rasakan.. pedih. merasa disindir sangat dalam.

tapi, ya.. mungkin itu pilihanmu untuk meluapkan semuanya.

yasudahlah, aku mengerti.

dan..

semoga kamupun mengerti. I love you

Ranah

Kadang aku tak memahami mekanisme untuk menjadi manusia yang terhubung satu sama lain. Keluarga, teman, sahabat, pasangan, bahkan musuh. Apakah dengan keterikatan itu, semua berhak untuk mencampuri kehidupan pribadi orang lain yang menurutku tidak dalam ranahnya? Bukankah setiap manusia punya ruang untuk merasa lega dan bernapas?

Aku hanya tak ingin orang lain terlalu memasuki ruanganku. Aku pun memiliki perasaan yang dimana semua itu adalah murni keputusanku. Baik buruknya mungkin orang lain akan berkomentar, tapi tidak untuk mencegah sesuatu yang bahkan belum aku lakukan bukan? Seperti halnya aku ingin menghidupkan api karena memang aku ingin. Aku tidak akan membakar siapapun dan apapun dengan api itu. Tapi kenapa mereka bertanya “apa kau yakin untuk menghidupkan api itu?”. Demi Tuhan, aku hanya baru memegang korek. Kenapa harus sejauh itu?

Ya, aku tau memang tak ada yang salah dan bukan suatu keburukan. Tapi bukankah itu adalah hal yang buruk ketika bisa membuat seseorang berpikir terlalu dalam dan menjadikannya beban? Apa yang aku lakukan hingga muncul kalimat itu? Aku lebih menyukai api dibanding air, lalu mengapa? Apa ada yang salah? Bunuh saja kehidupanku jika memang itu salah, karena menurutku jika terus seperti itu artinya aku tak punya kehidupan sesuai dengan apa yang ingin kujalani.